Jadilah Pendidik yang tulus ikhlas, Menuntun bukan Menuntut !

 border=

 

Makna Pendidikan
HGN. Photo bersama bersama Siswa Siswi SMP Al Azhar Citangkolo.


Pendidikan Itu Menuntun Bukan Menuntut

Sejujurnya saya merasa rugi baru sekarang bisa mengetahui pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Setelah membaca dan meresapi pemikiran-pemikiran beliau sungguh saya dibuat berdecak kagum atas gemilang dan mencerahkannya semua gagasan beliau mengenai pendidikan. 

Selama ini, dari sudut pandang saya, pendidikan di sekolah formal merupakan bentuk penindasan dan belenggu. Dimana guru dapat meminta murid untuk melakukan apa saja mulai dari hal yang remeh temeh hingga yang cukup sulit dilakukan. Kadang sejalan dengan materi pembelajaran. Kadang juga melenceng jauh dari materi pembelajaran.

Semua dengan dalih agar mendapat nilai yang tinggi. Bisa dibayangkan hasilnya. Anak-anak yang bisa saja menjadi pesepakbola nasional harus terkungkung di belakang meja sekolah mempelajari energi gerak bola dalam pelajaran Fisika ketimbang menggerakkan bola itu secara langsung di lapangan hijau. Tentu sampai kapanpun nilai anak tersebut tidak akan bisa maksimal. Seperti halnya seekor ikan yang dipaksa memanjat sebuah pohon yang tinggi. 

Dari materi perkuliahan Filosofi Pendidikan mengenai Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, saya mendapat sebuah pencerahan yang amat menenangkan. 

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus memuat empat hal:

1. Pendidikan yang menuntun dengan sistem among 

Menjadi pendidik yang tidak saja mengajarkan ilmu pengetahuan. namun juga menjadi sosok yang tulus dan penuh kasih sayang dalam menuntun, memberi contoh, menjadi contoh, mendampingi, memfasilitasi dan juga memberikan masukan pada perkembangan proses pembelajaran peserta didik. 

2. Pendidikan yang menumbuhkan kodrat alam

KHD mengibaratkan pendidik sebagai petani yang merawat benih hingga menjadi buah yang berkualitas bagus dan siap panen. Dalam hal ini murid dipercaya sebagai kertas putih dengan tulisan samar. Tugas pendidik hanyalah menebali tulisan itu menjadi sebuah paragraf yang indah. KHD percaya setiap anak membawa kodrat alamnya masing-masing. Pendidik berperan untuk menumbuhkan kodrat tersebut.

3. Pendidikan yang mempertimbangkan kodrat zaman

Tidak hanya mempertimbangkan kodrat alam murid. Pendidik juga harus mempertimbangkan faktor perkembangan zaman. Contohnya dengan menerapkan teknologi pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar abad 21 ini. Selain itu, materi pembelajaran yang diberikan juga harus kontekstual sesuai dengan topik-topik yang familiar bagi peserta didik. 

4. Pendidikan yang menghidupkan budi pekerti dalam prosesnya

Menurut KHD, pendidikan juga merupakan tempat persemaian benih kebudayaan. Budi Pekerti dan sopan santun serta tata krama asli Indonessia merupakan budaya asli Indonesia yang tak akan ditemui dimanapun. KHD menekankan budi pekerti harus bisa sejalan dengan materi pembelajaran. Sehingga tak hanya menghasilkan murid yang berilmu namun juga beradab.

Dari empat pemikiran KHD tersebut, saya berharap kelak di kelas saya saya bisa menjadi pendidik yang dengan tulus ikhlas meramut murid-murid saya dengan penuh kasih sayang. Menuntun, menjadi teladan, mendampingi, dan  membimbing mereka menjadi manusia yang tidak hanya pintar secara akademik namun juga menjadi manusia yang bisa mengembangkan cipta, karya dan karsa dengan maksimal. Dalam memberi materi pembelajaran, saya ingin mampu memberikan materi kontekstual yang sesuai dengan minat, gaya belajar, dan karakteristik murid serta menerapkan teknologi pembelajaran yang apik dan menarik. 

Dalam proses pembelajarannya, saya ingin mampu mengajarkan budi pekerti yang diintegrasikan dalam materi pembelajaran. Dengan cara-cara yang menghangatkan hati. Bukan dengan cara yang menghakimi dan mendikte. Harapannya mereka bisa menjadi manusia beradab dengan penuh kesadaran sendiri. Oleh Marrisa RizqilHaque 

Artikel ini diterbitkan dihalaman Kompasiana dengan Judul Pendidikan Itu Menuntun Bukan Menuntut

Marrisa RizqilHaque

 border=