Kesenjangan di bidang Pendidikan dan Ekonomi berpotensi menjadi ‘Bom Waktu’ bagi Generasi Mendatang

 border=

Kesenjangan Pendidikan Dapat Menjadi 'Bom Waktu' Bagi Generasi Mendatang

Kesenjangan di bidang pendidikan dan ekonomi berpotensi menjadi ‘bom waktu’ bagi generasi yang akan merambah ke sektor lain yakni sosial dan politik. Untuk itu, dibutuhkan adanya kurikulum yang relevan sebagai instrumen untuk mencegah terjadinya kesenjangan tersebut.

Kepala BSKAP, Kemendikbudristek, Anindito Aditomo meyakini bahwa komponen penting dalam proses pendidikan adalah ketika materi/konteks pembelajaran relevan dengan kehidupan sehari-hari. Inilah yang menjadi kerangka pemikiran dalam melakukan penyesuaian kurikulum.

“(Saat ini) antara apa yang dipelajari (konteks) dengan penerapannya sangat berbeda. Kenapa kita sesuaikan kurikulum adalah untuk mengatasi learning crisis,” tekannya. 

Merujuk data PISA, Pria yang akrab disapa Nino ini menyampaikan, hanya sedikit peserta didik di Indonesia yang menguasai keterampilan dasar pada literasi dan numerasi hingga tingkat SMP dan sederajat. Kesenjangan di bidang pendidikan dan ekonomi berpotensi menjadi ‘bom waktu’ bagi generasi yang akan merambah ke sektor lain yakni sosial dan politik. 

Kurikulum yang relevan menurutnya merupakan instrumen yang sangat berpengaruh untuk mencegah kesenjangan terutama bagi peserta didik yang memiliki keterbatasan ekonomi, sosial, maupun geografis. 

“Tidak cukup hanya dengan (penyesuaian) kurikulum, tapi juga kita rancang program Merdeka Belajar sebagai prioritas dalam menangani krisis belajar,” ujar Nino, dalam siaran pers Kemendikbudristek, Minggu, 16 Januari 2022. 

Nino meyakini, kurikulum berkontribusi dalam mengoptimalisasikan pola ajar para pendidik. Terbukti, dengan penerapan Kurikulum Darurat ada dampak positif yang signifikan dalam capaian belajar siswa. 

“Kita terapkan Kurikulum Prototype 2022 ini terbatas pada Sekolah Penggerak agar bisa mendapat umpan balik dulu. Tidak ada seleksi bagi sekolah lain yang ingin menjalankan Kurikulum Prototipe, kita dukung. Yang ada hanya pendaftaran dan pendataan,” tegas Kepala BSKAP. 

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris BSKAP, Suhadi menyebut, pengembangan kurikulum adalah sebuah keharusan agar acuan pembelajaran dapat selaras dengan karakter peserta didik dan sesuai perkembangan zaman. “Kegiatan sosialisasi ini adalah upaya kami agar kebijakan kurikulum bisa dipahami dengan baik oleh ekosistem pendidikan di Indonesia. Selain itu, untuk menerima umpan balik agar Kurikulum Prototype 2022 bisa diimplementasikan dengan baik,” jelasnya. 

Learning Loss

Sebelumnya, Kemendikbudristek telah melakukan pengawasan (monitoring) dan evaluasi terhadap Kurikulum Darurat yang dilaksanakan oleh beberapa sekolah di masa pandemi. Hasilnya, penerapan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak learning loss secara signifikan akibat pandemi.

Studi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menunjukkan, bahwa siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya. Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73 persen (literasi) dan 86 persen (numerasi).

Dengan kata lain, hasil riset menunjukkan bahwa satuan pendidikan yang melakukan penyesuaian terhadap kurikulumnya di masa pandemi cenderung dapat meminimalisir dampak kehilangan pembelajaran. Kurikulum Darurat dinilai efektif memitigasi learning loss karena membantu guru untuk melakukan fleksibilitas dalam konteks pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan muatan lokal.

“(Kurikulum) perlu mengakomodasi partisipasi masyarakat dan stakeholder agar apa yang diajarkan relevan,” imbuh Anggota Komisi X DPR, Sofyan Tan.

Sumber: medcom.id 

 border=